KOLTIM, Aspirasisultra.com – Bupati Kolaka Timur Abd Azis, SH., MH yang didampingi istri tercinta Ketua TP-PKK, Hartini Azis, A.Ma jalani proses Adat tolaki sebelum memulai Acara Molulo Bersama Rakyat, di Pelataran Rujab Bupati Koltim, Sabtu Malam (7/12/2024).
Bupati Koltim Abd Azis memulai prosesi adat dengan memukul Gong yang disambut tarian Lulo Sangia oleh ibu-ibu PKK Desa Matabondu, sebagai penanda Acara Molulo Bersama Rakyat telah dimulai.
“Alhamdulillah, sangat penting kita menjaga, merawat dan melestarikan budaya yang ada diwonua sorume ini, prosesi adat ini adalah warisan dari leluhur yang tidak ternilai harganya dan harus terus di tumbuh kembangkan dikolaka timur,”Ujar Bupati
“Saya bersama keluarga, mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat kolaka timur yang telah hadir dan mengikuti acara molulo ini,semoga apa yang menjadi harapan serta cita-cita masyarakat Koltim yang mengingginkan daerah ini menjadi daerah yang makmur, aman dan tentram dapat kita wujudkan mulai hari ini dan 5 tahun kedepanya,,”Sambungnya
Di tempat yang sama, Kabag Umum Sekertariat Daerah kolaka Timur, Jusrin Jalil S.Sos mengatakan Prosesi adat yang dijalankan malam ini adalah sebagai upaya Pemerintah daerah dalam melestarikan serta memperkenalkan budaya yang ada di kolaka timur kepada dunia.
“Bapak Bupati bersama ibu Ketua TP-PKK sangat antusian mengikuti Proses adat pukul gong dan tarian Lulo sangia ini, Alhamdulillah malam ini dipenuhi dengan keberkahan dari Allah SWT dimana Puluhan ribu masyarakat kolaka timur turut menyaksikan proses berjalannya adat dan Molulo berhadiah ini,”Ungkapnya.
Jusrin menjelaskan di samping sebagai alat musik tradisional bahwa gong biasa digunakan sebagai sarana upacara, mas kawin, mahar, dan persyaratan hukum adat yang mana peristiwa tersebut masih dilakukan oleh masyarakat Sulawesi Tenggara khususnya dikolaka timur, sebagai tradisi yang sampai saat ini masih dilestarikan diwonua sorume.
“Makna dari gong ini yaitu melalui bunyi atau paduan bunyinya, difungsikan sebagai media komunikasi yang dipercaya dapat mempersatukan hubungan antar warga maupun hubungan warga dengan alam dan dunia supranatural,”Jelasnya.
Selanjutnya, Jusrin mengungkapkan dimana Tradisi Molulo zaman dahulu yang dipadukan dengan tarian lulo sangia kembali tersaji malam ini, dengan penampilan ibu-ibu TP PKK desa matabondu yang memperagakan lulo sangia menjadi perhatian masyarakat Kolaka Timur yang ikut menyaksikan prosesi adat ini, dimana Lulo sangia ini dilakukan untuk mengingat dan menghormati para leluhur di Wonua Sorume ini.
“Prosesi Molulo zaman dahulu seperti inilah yang jarang dilihat oleh masyarakat kita hari ini, dizaman modern ini, tarian lulo tidak lagi mengunakan Gong melainkan dengan Elekton, untuk itu pemerintah daerah akan kembali mengangkat dan melestarikan tarian lulo dengan mengunakan alat tradisional Gong sebagai pembuka dibeberapa kegiatan resmi nantinya,”Ujarnya.
Lebih Lanjut, Jusrin Menunuturkan Oleh masyarakat, tari ini disebut Tari Lulo Sangia.Tarian ini diperagakan oleh tujuh atau sembilan perempuan berpakaian adat. Di mana setiap gerakannya memiliki makna simbolik. Tarian ini juga diiringi dengan alat musik tradisional gong.
“Tari Lulo memiliki akar sejarah yang erat dengan sistem kepercayaan dan mata pencaharian masyarakat Tolaki kuno. Tarian ini awalnya berkembang dari aktivitas menginjak-injak padi untuk melepaskan bulirnya dari tangkai saat panen,”Pungkasnya.
Untuk di Ketahui.Tari lulo merupakan salah satu tarian tradisional masyarakat Kendari hingga saat ini masih eksis meskipun telah mengalami pergeseran fungsi sebagai respon terhadap perubahan kebudayaan.
Pada awalnya, tari lulo merupakan ritual untuk memuja Dewi Padi terutama pada seusai panen. Kata lulo sendiri berarti menginjak – injak onggokan padi untuk melepaskan bulir dari tangkainya.
Dengan demikian, tari lulo merupakan ekspresi kebudayaan yang berdasarkan pada pertanian. Namun seiring perkembangan zaman, tari lulo tidak lagi dimainkan sebagai ritual pesta panen, tetapi menjadi hiburan masyarakat Kendari dalam berbagai even sosial seperti perkawinan, ulang tahun, penyambutan tahun baru dan bahkan pada saat MTQ Nasional kemarin tari lulo juga ditampilkan.
Sejarah munculnya tari lulo, tidak terlepas dari dari sistem mata pencaharian dan sistem kepercayaan lokal masyarakat Tolaki kuno. Suku Tolaki kuno dikenal sebagai suku yang menempati wilayah dataran dan pegunungan.
Mata pencaharian utama mereka adalah bertani, Tari lulo pada mulanya berkembang dari kebiasan masyarakat Tolaki yang menginjak-injakkan kaki kiri untuk membuka bulir-bulir padi pada saat panen. Tradisi menginjak padi ini dikenal dalam bahasa Tolaki dengan Molulowi opae. Molulowi berarti menginjak-injakkankaki, dan opae artinya padi.
Ada pula versi yang menyebutkan bahwa tari lulo pada awalnya lahir ketika masyarakat Tolaki kuno akan membuka lahan yang dijadikan sebagai tempat bercocok tanam.
Pada saat itulah masyarakat berkumpul pada lahan baru yang akan dibuka itu dan meminta kepada penguasa alam agar nanti tanaman mereka tidak diganggu oleh serangan hama dan penyakit. Ketika masyarakat telah berkumpul, kepala suku memberikan perintah untuk membentuk lingkaran, saling bergandengan tangan dan menginjak-injakkan kaki yang disertai dengan bunyi alunan musik gong.
Selain dimaksudkan untuk menghibur dewa Sanggolemboe, tari lulo juga digunakan sebagai instrumen ritual penyembuhan warga yang sakit. Dalam kepercayaan masyarakat Tolaki, penyakit seseorang biasanya diakibatkan oleh kesalahan orang tersebut yang menyebabkan Sangia murka dan memberikannya penyakit.
Untuk menyembuhkan penyakit tersebut, warga Tolaki dengan dipandu oleh seorang dukun melakukan tarian lulo Dengan demikian, tari lulo merupakan salah satu bentuk instrumen budaya masyarakat Tolaki yang berfungsi untuk membangun “komunikasi ritual” dengan para dewa.
Komunikasi ritual ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menghindarkan manusia dari kehancuran akibat murka para dewa dengan cara menghibur para dewa tersebut dengan tari lulo. Tari lulo sekaligus menunjukkan pengakuan manusia yang kehidupannya sangat tergantung kepada keinginan para dewa.
Tari lulo terdiri dari beragam jenis, diantaranya lulo sangia, lulo ngganda, dan lulo anggo. Beragamnya jenis tarian ini disebabkan oleh banyak faktor seperti instrumen pengiring, gerak-gerakan dalam tarian, asal daerah, dan bahkan nama penciptanya.
Namun, meskipun terdiri dari jenis-jenis yang relatif banyak, prinsip-prinsip dasar gerakan dari tarian ini adalah sama, yaitu gerakan kaki, tangan dan bentuk lingkaran. Hal yang membedakan hanya variasi-variasi gerakannya.
Laporan : Redaksi